Pengertian dan Contoh micro services
Jadi microservices adalah potongan-potongan kecil dari bagian service yang difokuskan terhadap satu modul.
Itu bahasa gue, nah sekarang bahasa teoritis.
Dikutip dari WhatIs.com
Microservices is an approach to application development in which a large application is built as a suite of modular services. Each module supports a specific business goal and uses a simple, well-defined interface to communicate with other sets of services.
Kaga ngarti kan? ngaku aja luh, yaudah gua translet pake bahasa Indonesia ala gue.
Microservices adalah pendekatan pengembangan aplikasi dalam skala besar yang dibangun sebagai rangkaian dari modul layanan. Setiap modul mendukung tujuan bisnis yang spesifik dan digunakan secara mudah, yang dibangun dengan tampilan yang baik untuk berkomunikasi dengan set layanan yang lain.
Contohnya kalo ditumpuk dalam satu RESTful API


Contohnya ada di gambar ini kalo pake teknik Microservices


Kalau kita perhatikan gambar diatas, tentunya kalian paham dong kalo microservices diatas akan memecah microservices produk, transaksi, pegawai, gaji pegawai.
“Kenapa harus kaya gitu? Jadi ribet kan kalo dipecah-pecah.”
Logikanya seperti ini, saya mengutip perkataan salah satu dosen saya di CCIT — Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Pak Dudy Fathan Ali). Beliau berkata, kualitas request PHP Kosongan (PHP Native yang tidak dibuat framework dan tidak dioptimalisasi) adalah sekitar 200–300 requests/second. Kualitas request Laravel Kosongan, 600–800 requests/second. Sedangkan kualitas request Lumen kosongan disebut sampai 1900 requests/second.
Catatan 26 Agustus 2019
Saya sendiri belum pernah menguji secara asli kualitas dari request PHP karena saya lebih sering menggunakan Node.js sekarang ini. 😆
Masalahnya Dimana?
Misalnya seperti ini, dari gambar diatas, jika aplikasi minimarket tersebut adalah aplikasi android, dan dibuat dalam satu modul yang sama (tidak menggunakan microservices). Jika satu user melakukan request (anggap saja login), itu sudah termasuk 1 request. Bayangkan jika facebook tidak membuat microservices, dalam detik ini saja saat kamu membaca tulisan ini, mungkin facebook sudah melayani requests berbagai hal seperti membuka profil seseorang, menambahkan teman, mengubah setting, menambah foto, mengupdate status didalam detik yang sama (Mungkin ngga? Sangat memungkinkan!).
Bayangkan saja user Facebook berapa banyak? kita anggap dalam detik ini, facebook mendapat 5.000.000 request/second. Apa jadinya jika ia tidak memecah menggunakan microservices? Tentunya server akan meledak bro! Meledak dalam arti ini adalah kepenuhan request dan bakalan down API nya. Bukan boom, or something like that.
Masih engga ngerti? Ibarat gini, kamu beli bakso dan yang melayani cuma satu, tapi disaat itu juga ada 25 orang yang beli. Bayangkan kalo tuh yang jualan cuma satu, seberapa cepet dia nanganin semuanya dari nganterin mangkok? Belom ada yang bayar, belom dengerin ada yang pesen, belom ada ibu-ibu bawel ngomong gini “Jangan pake seledri yak!” *typical emak emak.
Beda cerita jika yang jualan bakso satu orang, namun dibantu 5 orang lainnya mulai dari mengambil mangkok, menyajikan minuman, bantu mengantarkan makanan, bantu buatin bakso-nya, bantu ngitung duit. Semua akan jadi lebih cepat kan? Bayangkan kamu ngantre berapa lama kalo yang jualan cuma satu? Bisa-bisa keburu milih makan warteg deh. 😆
Sekarang paham dong pengertian microservices dan kenapa sih harus dibuat Microservices?
sumber : https://kiddyxyz.medium.com/pengertian-microservices-dan-kenapa-restful-api-harus-dibuat-seperti-itu-7326f217042d
Komentar
Posting Komentar